Beberapa Perihal Tentang FIM 11
Catatan ini sudah saya niatkan sejak awal Maret, namun baru hari ini saya bisa menuntaskannya. "FIM itu ibarat kanvas penuh warna...
Catatan ini sudah saya
niatkan sejak awal Maret, namun baru hari ini saya bisa menuntaskannya.
"FIM itu ibarat kanvas penuh warna, yang siap melukis Indonesia menjadi semakin berwarna. FIM itu ibarat bait puisi paling puitis untuk Indonesia.
Pada akhirnya, FIM akan jadi masa depan Indonesia Emas"
Semua
ini tentang keluarga Kunang-kunang dan sejumlah pelajaran yang saya dapatkan
setelah Tuhan memberikan saya kesempatan untuk berada dan mengenal keluarga kunang-kunang,
Forum Indonesia Muda (FIM). Di tahun 2011, saat masih berstatus mahasiswa
semester ketiga, saya terdaftar menjadi salah satu peserta latihan kepemimpinan
Forum Indonesia Muda 11 dengan tema Sumpah Pemuda. Tujuan saya menulis catatan
ini, selain untuk bernostalgia dengan kenangan yang ada di FIM, juga cara saya
untuk berbagi dan memperkenalkan FIM dari perspektif saya pribadi.
Dan, apa yang saya dapatkan dari Forum
Indonesia Muda?
Pertama, saya
mendapatkan teman sekaligus keluarga baru yang ada di berbagai daerah di
Indonesia. Mulai dari pulau Sumatera hingga Papua semua tersedia di FIM. Mungkin FIM adalah miniatur keluarga se-nusantara. Terlebih
setelah kami dibagi dalam beberapa kelompok kecil, waktu itu saya tergabung di
“Jong Celebes”, sampai hari ini komunikasi kami tetap terjalin.
Kedua, FIM selalu menghadirkan
pembicara yang benar-benar telah teruji dan mampu menghadirkan
inspirasi. Setiap kali sesi pertanyaan dibuka, hampir 97% peserta mengacungkan
tangan dan berlomba untuk mendapatkan kesempatan bertanya. Ada semangat yang meledak-ledak dalam keinginan bertanya dan
berbagi. Dari semua itu, kami belajar untuk lebih optimis untuk melihat Indonesia.
Bersama Pak Buchori Nasution di Sesi Pertama |
Ketiga, dalam FIM 11 kemarin yang berminat dalam bidang literasi media, kami diminta berkumpul dan membahas masalah
yang ada. Dan pada saat penentuan nama, saya menyumbangkan usulan nama terkait
gerakan itu dan terpilih untuk digunakan, yakni Literasi Media Indonesia Muda disingkat LIMID. Kami pun
berkomunikasi di sosial media, namun sayang hari ini saya tidak dapat
memberikan kontribusi yang baik. Saya merasa bersalah untuk itu.
Keempat, saya senang
melihat Bunda Tatty dan Pak Elmir. Mereka berdua adalah sepasang kekasih yang
kemudian melahirkan kisah tentang FIM. Sungguh, kisah yang bisa menjadi teladan
bagi sepasang kasih lainnya. Saya senang dengan nasihat Bunda Tatty, "Pejuang sejati tidak akan mati dalam sekali tikam!" Mereka telah mengingatkan kami tentang peran pemuda, terlebih tema di FIM 11 "Sumpah Pemuda" kami diajak kembali belajar melihat dan merasa sejarah masa lalu untuk menyongsong masa depan lebih baik. Semoga Tuhan senantiasa menjaga kita bersama. Amiin
Kelima, saya merasa
harus lebih rajin berbenah setelah melihat peserta-peserta FIM. Mereka dipilih
karena memiliki sesuatu yang nantinya mampu memberikan perubahan untuk
lingkungan masing-masing. Jika saja ada
alumni FIM 11 yang tak sengaja maupun sengaja membaca catatan ini, saya ingin
mengucapkan terima kasih dan selamat berkarya di lingkungan kita masing-masing.
Mungkin, suatu saat nanti kita bisa ber-Maga-maga secara berjamaah, atau
mungkin mendengarkan Jong Celebes meneriakkan salam perdamaiannya.
Jong Celebes |
Tim Sepakbola Jong Celebes |
Terima kasih juga untuk
panitia yang telah menghadirkan nuansa yang menyenangkan seperti itu.
Saat di Maleber |
Selepas Outbond |
***
Saat ini, masih dibuka
pendaftaran FIM 16. Ada baiknya, teman-teman bila ingin melihat Indonesia yang sesungguhnya, berkumpullah dengan mereka yang
optimis dan terus berkarya untuk memajukan bangsa ini.
Sumber Gambar FIM. Segera Daftar di FIM 16. |
Selamat berkarya!
1 comments :
aaa...kangen ama momen ini
Reply